Minggu, 04 Januari 2015

[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

  1. Mengenal Ronggowarsito
  2. Banner
  3. Asal usul suku baduy (kanekes banten)
  4. Untuk apa peraturan dibuat?
  5. Belajar bersabar dari kelinci
  6. Filosofi akar
  7. Mitos
  8. Essensialisme dan pengaruh globalisasi terhadap moralitas
  9. Sejarah Balaraja
  10. Power point essensialisme dan pengaruh globalisasi terhadap moralitas




Mengenal Ronggowarsito






Raden Ngabehi Ronggowarsito ( Raden bagus burhan) Dia adalah seorang pejangga keraton Solo yang hidup pada 1802-1873. Beliau lahir pada hari Senin Legi 15 Maret 1802, dan wafat 15 Desember 1873, pada hari Rabu Pon. Pujangga yang dibesarkan di lingkungan kraton Surakarta ini namanya terkenal karena dialah yang menggubah Jangka Jayabaya yang tersohor hingga ke mancanegara itu. Hingga sekarang kitab ramalan ini masih menimbulkan kontroversi. Ia di besarkan oleh kakenya yang bernama R. Tumenggung sastronegoro karena ayahanda beliau wafat ketika beliau belum menginjak dewasa. 

Pada saat ia tinggal bersama dengan kakeknya ia hidup dengan penuh kemanjaan dari sang kakek sehingga orang disekkelilinhnya tidak menyakngka bahwa belian akan menjadi seorang pembesar. Dilihat dari hobinya yang bertolak belakang seperti mengadu ayam, taruhan uang dan lain sebagainya. Akan tetapi sang kakek yang memiliki kemampuan meramal melihat bahwa sosok ronggowarsito akan menjadi seorang yang besar dikemudian hari yang setaraf dengan buyutnya. Untuk membuktikan ramalannya itu kemudian ia menitipkan Bagus Burhan ke Kyai Imam Bestari pemilik pondok pesantren Gebang Tinatar di Tegalsari, Ponorogo.

Dengan niat yang kuat dan ketekunannya, maka setelah menjalani tirakat selama 40 hari 40 malam di kedung Watu, tanpa makan dan minum, kecuali sesisir pisang setiap harinya, akhirnya ada hasil yang dia peroleh. Dari tirakatnya ini Rden Bagus memperoleh wisik, yakni ditemui eyang buyutnya, R.Ng.Yosodipuro I. Dia diminta menengadahkan telinganya, dan gaib sang kakek buyutnya kemudian masuk kedalamnya.

Ada kisah lain yang tak kalah aneh. Konon, Ki Tanujoyo yang menemaninya dipinggir kali, sewaktu menyiapkan nasi untuk buka saat tirakat menginjak hari kw 40, orang tua ini melihat ada sinar masuk ke dalam kendilnya, yang ternyata berupa ikan untuk lauk sang Bagus berbuka puasa.

Setelah melakukan tirakat ini, pribadi Raden Bagus Burhan pun berubah. Yang awalnya membangkang menjadinsangat patuh yang awalnya dianggap sebagai santri yang bebal berubah menjadi sangat tanggap dan cepat dalam menerima pelajaran sehingga ia lebih menonjol di banding santri santri lainnya. Karena kecerdasannya ini, Bagus Burhan memperoleh sebutan baru dari Kyai Imam Bestari, yakni Mas Ilham.



Misteri Kematian Sang Pujangga

Pada akhir sekitar rentang 1979, kematian R.Ng. Ronggowarsito alias Bagus Burham memang sempat menjadi bahan polemik. Pokok pangkal polemik tersebut adalah sekitar kematian Ronggowarsito yang telah diketahui sebelumnya oleh dirinya sendiri. Ya, delapan hari sebelum ajal menjemputnya sang pujangga telah menulis berita kematian tersebit dalam Serat Sabda Jati. Demikian cuplikannya dalam susunan kalimat asli:

"Amung kurang wolu ari kadulu, tamating pati patitis. Wus katon neng lobil makpul, antarane luhur, selaning tahun Jumakir, toluhu madyaning janggur. Sengara winduning pati, netepi ngumpul sakenggon."

Artinya kurang lebih bahwa dirinya akan meninggal pada tanggal 5 Dulkaidah 1802 atau tanggal 24 Desember 1873 pada hari Rabu Pon.

Tulisan tersebut memang sempat melahirkan kontroversi berkepanjangan. Ada yang menilai bahwa Ronggowarsito  meninggal bukan secara alami, akan tetapi dibunuh atas perintah persekongkolan Raja Paku Buwono IX yang mendapat desakan Belanda. Ketika itu Belanda merasa resah karena melihat kelebihan dan kemampuannya. Karena itulah Belanda berkepentingan menghabisinya. Apalagi, ayahanda Ronggowarsito ternyata juga telah diculik Belanda hingga akhirnya tutup usia di Jakarta.

Keinginan Belanda itub rupanya sejalan dengan Paku Buwono IX. Sang raja juha merasakan adanya sesuatu yang kurang berkenan dengan sepak terjang Ronggowarsito yang ketika itu namanya sangat terkenal mengingat karya-karyanya. Maka kuat dugaan, konspirasi menyikirkan Ronggowarsito akhirnya berjalan sempurna.

Apakah keraguan ini benar? Memang, sampai sekarang hal tersebut tetap menjadi misteri. Di satu pihak menganggap bahwa dengan kelinuwihannya Ronggowarsito memang mampu mengetahui saat-saat kematiannya, meski kematian adalah rahasia Tuhan. Namun di pihak lain menduga bahwa tidak menutup kemungkinan ada tangan-tangan lain yang merekayasa kematian tersebut, sekaliggus merekayasa kalimat ramalan pada  Serat Sabda Jati sebagaimana dinukuli di atas.

Memang, banyak kalangan ahli yang beranggapan, bahwa bait-bait sebagaimana kami nukilkan itu merupakan tambahan dari orang lain. Hal ini jika mengingat dari sekitar 50 buku tulisan karya Ronggowarsito tidak terlalu nyata, mana tulisan murni karyanya, dan mana yang ditulis bersama-sama dengan orang lain, maupun yang merupakan terjemahan.  Hal ini mudah dimaklumi, mengingat pada waktu itu belum ada perlindungan hak cipta. Apalagi sewaktu Ronggowarsito bertugas di keraton Solo kerajaan dalam kondisi tidak menentu, terpengaruh dengan perseteruan keluarga raja dan campur tangan kaum penjajah Belanda yang ingin mengail d iair keruh. Bagaimana yang sebenarnya, hanya Tuhan yang Maha Tahu.

Sementara itu, terlepas dari mana yang benar tentang peristiwa wafatnya sang pujangga, tulisan-tulisan karyanya telah memberikan andil dalam kesusteraan kita. Khususnya sastrawan bahasa Jawa. Tanpa Ronggowarsito, mungkin terlampau sedikit kajian sastra-sastra Jawa yang dapat dimanfaatkan.

Ramalan Jangka Jayabaya, misalnya, sangat besar andilnya bagi masyarakat Jawa khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Terlebih, apabila kondisi bangsa sedang terpuruk, biasanya ada secercah harapan, bahwa di suatu saat nanti cobaan akan berakhir setelah munculnya seorang pemimpin sejati, yang disenangi rakyat, yaitu Satrio Piningit atau Ratu Adil, yang akan mengentaskan kita dari keterpurukan keadaan.

Sebagai contoh, pada zaman pemberontakan Dipenogoro (1825-1830), pengikut sang pangeran mengira bahwa beliaulah Ratu adil yang ditunggu-tunggu, yang akan mampu melepaskan mereka dari derita akibat ulah penjajah Belanda. Demikian pula ketika Jepang mencengkramkan kuku-kuku penjajahannya di Indonesia.

Demikian juga ketika negara kita dilanda oleh krisis multi dimensi, harga-harga mahal, kesulitan hidup mencekik leher seperti sekarang ini. Dengan adanya wacana akan datangnya sang Ratu Adil, maka rakyat tetap memiliki rasa optimis. Setidaknya, mereka masih punya harapan bahwa di suatu waktu nanti keadaan ini akan berakhir, dan kejayaan bangsa akan pulih, bahkan melebihi kejayaan masa lampau.

Kita sebagai manusia biasa hanya bisa menunggu Kita sama-sama menunggu. Pepatah mengatakan "Bayang-bayang hanya setinggi badan." yang artinya cobaan dari Tuhan sebatas kita mampu menanggungnya. 

banner


Minggu, 28 Desember 2014

ASAL USUL SUKU BADUY (KANEKES BANTEN)



Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo (Garna, 1993).

Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek a–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes 'dalam' tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.

Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia.

Pendapat mengenai asal-usul orang Kanekes berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang mendasarkan pendapatnya dengan cara sintesis dari beberapa bukti sejarah berupa prasasti, catatan perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok, serta cerita rakyat mengenai 'Tatar Sunda' yang cukup minim keberadaannya. Masyarakat Kanekes dikaitkan dengan Kerajaan Sunda yang sebelum keruntuhannya pada abad ke-16 berpusat di Pakuan Pajajaran (sekitar Bogor sekarang). Sebelum berdirinya Kesultanan Banten, wilayah ujung barat pulau Jawa ini merupakan bagian penting dari Kerajaan Sunda. Banten merupakan pelabuhan dagang yang cukup besar. Sungai Ciujung dapat dilayari berbagai jenis perahu, dan ramai digunakan untuk pengangkutan hasil bumi dari wilayah pedalaman. Dengan demikian penguasa wilayah tersebut, yang disebut sebagai Pangeran Pucuk Umum menganggap bahwa kelestarian sungai perlu dipertahankan. Untuk itu diperintahkanlah sepasukan tentara kerajaan yang sangat terlatih untuk menjaga dan mengelola kawasan berhutan lebat dan berbukit di wilayah Gunung Kendeng tersebut. Keberadaan pasukan dengan tugasnya yang khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal Masyarakat Baduy yang sampai sekarang masih mendiami wilayah hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng tersebut (Adimihardja, 2000). Perbedaan pendapat tersebut membawa kepada dugaan bahwa pada masa yang lalu, identitas dan kesejarahan mereka sengaja ditutup, yang mungkin adalah untuk melindungi komunitas Baduy sendiri dari serangan musuh-musuh Pajajaran.


Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu, dan Islam. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apapun", atau perubahan sesedikit mungkin:
Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung.
(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)


Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang Kanekes mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan Kalima, yang pada tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli. Hanya puun yang merupakan ketua adat tertinggi dan beberapa anggota masyarakat terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut. Di kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan.

Apabila pada saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam keadaan penuh air yang jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu merupakan pertanda bahwa hujan pada tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik. Sebaliknya, apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda kegagalan panen (Permana, 2003a).Bagi sebagian kalangan, berkaitan dengan keteguhan masyarakatnya, kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kanekes ini mencerminkan kepercayaan keagamaan masyarakat Sunda secara umum sebelum masuknya Islam.


Baduy Luar

Baduy Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Baduy Dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkanya warga Baduy Dalam ke Baduy Luar. Pada dasarnya, peraturan yang ada di baduy luar dan baduy dalam itu hampir sama, tetapi baduy luar lebih mengenal teknologi dibanding baduy dalam.
Penyebab
Mereka telah melanggar adat masyarakat Baduy Dalam.
Berkeinginan untuk keluar dari Baduy Dalam
Menikah dengan anggota Baduy Luar

Proses Pembangunan Rumah penduduk Baduy Luar telah menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Baduy Dalam.
Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans.

Baduy Dalam

Baduy Dalam adalah bagian dari keseluruhan Suku Baduy. Tidak seperti Baduy Luar, warga Baduy Dalam masih memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka.
Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Baduy Dalam antara lain:

  • Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
  • Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
  • Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Puun)
  • Larangan menggunakan alat elektronik (teknologi) Menggunakan Kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.

Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang ini ketat mengikuti adat istiadat bukan merupakan masyarakat terasing, terpencil, ataupun masyarakat yang terisolasi dari perkembangan dunia luar. Berdirinya Kesultanan Banten yang secara otomatis memasukkan Kanekes ke dalam wilayah kekuasaannya pun tidak lepas dari kesadaran mereka. Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba ke Kesultanan Banten (Garna, 1993). Sampai sekarang, upacara seba tersebut terus dilangsungkan setahun sekali, berupa menghantar hasil bumi (padi, palawija, buah-buahan) kepada Gubernur Banten (sebelumnya ke Gubernur Jawa Barat)

Pada saat ini orang luar yang mengunjungi wilayah Kanekes semakin meningkat sampai dengan ratusan orang per kali kunjungan, biasanya merupakan remaja dari sekolah, mahasiswa, dan juga para pengunjung dewasa lainnya. Mereka menerima para pengunjung tersebut, bahkan untuk menginap satu malam, dengan ketentuan bahwa pengunjung menuruti adat-istiadat yang berlaku di sana. Aturan adat tersebut antara lain tidak boleh berfoto di wilayah Baduy Dalam, tidak menggunakan sabun atau odol di sungai. Namun demikian, wilayah Kanekes tetap terlarang bagi orang asing (non-WNI). Beberapa wartawan asing yang mencoba masuk sampai sekarang selalu ditolak masuk.

Pada saat pekerjaan di ladang tidak terlalu banyak, orang Baduy juga senang berkelana ke kota besar sekitar wilayah mereka dengan syarat harus berjalan kaki. Pada umumnya mereka pergi dalam rombongan kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 orang, berkunjung ke rumah kenalan yang pernah datang ke Baduy sambil menjual madu dan hasil kerajinan tangan. Dalam kunjungan tersebut biasanya mereka mendapatkan tambahan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup.






Refetensi


http://www.alambudaya.com/2010/07/asal-usul-suku-baduykanekes-banten.html



UNTUK APA PERATURAN DI BUAT?


PERATURAN ADALAH SESUATU YANG TELAH DISEPAKATI OLEH ORANG,KELOMPOK MAUPUN LEMBAGA UNTUK TUJUAN BERSAMA.

Sudah bukan hal yang asing lagi jika kita mendengar dari para pemuda bahkan orangtua sekalipun yang berada di negara kesatuan republik indonesia ini, jika kiya menanyakan untuk apa sih peraturan itu di buat? Jawab mereka " peraturan dibuat untuk dilanggar" .

Itu merupakan pemikiran bagi sebagian orang, sebagian lagi memiliki pandangan bahwa peraturan dibuat untuk mempertegas kita sebagai seorang manusia yang berakal. Untuk lebih memperjelas berikut contohnya.

kita diwajibkan pakai helm ketika naik motor, jalan dilajur yang sudah ditentukan. ketika kita melanggar, dibenak kita mungkin bercerita kalau hidup mati seseorang ada ditangan Tuhan, ketika kita berkendara, kita yakin bahwa ketika memang tiba waktunya, kecelakaan pun tidak akan terhindarkan.

Allah swt berfirman bahwa bunuh diri tidak akan masuk surga kan kawan, tapi nyatanya yang kuasa telah merencanakan kematian seseorang yang tidak akan sanggup dirubah oleh manusia, jadi memang allah telah merencanakan kematian seseorang tersebut mati dengan cara bunuh diri. Apa hubungannya dengan peraturan?

Kalau kita berpendapat peraturan bisa ditentang, coba saja jangan pakai helm dan berjalan dilajur kanan, bunuh diri bukan? Sama saja dengan hewan, tidak ada peraturan kecuali yang biasa dilakukan koloninya, tidak ada akal yang mengatur agar mereka mengembangkan peraturan, mencoba memakai perlengkapan safety untuk mengurangi resiko kematian, dan karena kita manusia yang diberi akal, maka disitulah letak perbedaannya uplugers.

Kita merupakan makhluk yang diberi akal, makanya jangan mau terlihat tak berakal didepan makhluk ciptaan Tuhan yang ada dimuka bumi ini, Jadi kawan , berusahalah untuk terus mengikuti aturan karena kita manusia yang BERAKAL.

Belajar bersabar dari kelinci


Sering kali manusia mudah sekali berkeluh kesah ketika mendapatkan kesulitan, kesakitan, masalah dan lain sebagainya tetapi manusia akan cepat sekali takabur atau lupa diri ketika mendapatkan kenikmatan.oleh karena itu ada baiknya kita membuat perbandingan dengan kehidupan hewan dalam hal kesabaran ini sehingga bisa belajar sabar darinya, terutama dari kehidupan kelinci.



Di dalam al quran kita dapat mendapatkan kebenaran makna menyangkut masalah manusia yang mudah sekali berkeluh kesah, di banding dengan sifat sifat yang dimiliki hewan hewan yang berada di sekeliling kita contohnya yaitu kelinci, disini kita akan membahas mengenai kesabaran seekor kelinci. Ada baiknya kita mengambil hikmah dari cerita yang akan saya bahas di bawah ini.

Seperti yang kita ketahui bahwasannya kelinci merupakan tergolong kedalam herbivora, dimana ia merupakan binatang yang menjadi incaran hewan pemakan daging, secara fisik kelinci itu kecil, tidak memiliki tanduk, cakar yang hanya untuk menggaruk tanah, dan larinya pun tidak begitu cepat, tak ada yang dapat ia lakukan ketika pemangsa datang untuk menyantapnya. Satu satunya cara yang menjadinpamungkas untuk mengelabui pemangsa ialah dengan tidak menimbulkan suara. Jika kalian memelihara kelinci di rumah sudah pasti jarang sekali ia mengeluarkan suara dan hanya mengeluarkan suara ketika ia meresa beradavdi situasi yang mengancam baginya, atau sedang kesakitan yang luar biasa itupun suara yang dikeluarkan sangat kecil.

Saya dan semua manusia pasti pernah merasakan sakit . seringkali menegeluh seperti "aduh, ah, aw".Tapi saya amati hal yang berbeda pada kehidupan kelinci. Adakalanya ia terjatuh dari ketinggian tiga meter dan terlebih dahulu mendaratkan bagian kepala ke tanah karena tak siap sehingga keluarlah darah pada hidungnya. Pasti sakit, karena sempat ia sedikit menggelepar. Tapi tetap tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Setelah bisa menenangkan dirinya dan memahami situasi, ia pun memilih langsung lari senormal mungkin walau hidungnya berdarah. Itu yang bisa selamat (sebenarnya banyak yang selamat jika bagian kaki yang mendarat ke tanah lebih dulu tak peduli berapa tinggi jatuhnya), akan tetapi pernah ada kejadian kelinci yang mati karena jatuh dari ketinggian kurang dari satu meter semata-mata karena ia sama sekali tak siap sehingga bagian punggung dan leher nya yang mendarat lebih dulu ke tanah. Kejang-kejanglah ia, dan ternyata ketika mencoba bangkit ia sempoyongan dan jatuh lagi. Saya yang terheran-heran, mencoba menegakkan tubuhnya. Tapi tiap kali saya mencoba, tiap kali pula ia terkulai tak berdaya. Ternyata ada tulang belakang di dekat lehernya yang patah (dan sarafnya pasti terganggu) sehingga tak heran ia tak bisa mengkoordinasikan gerakan tubuhnya. Sudah pasti itu sakit sekali Tapi tetap tak ada suara yang muncul dari kelinci tersebut. Dan ia tetap tak putus asa untuk bergerak dan mencoba terus berdiri normal, berulang-ulang kali ia lakukan sampai berjam-jam lamanya.

Mugkin ada beberapa yang berfikir bahwasanya memang diam dan tak bersuara itu memanglah sifat kelinci jadi tidak ada hal yang istimewa. Tetapi itu tidak benar kelinci juga akan mengeluarkan suara ketika ia merasa sakit yang luar biasa atau ketika akan di potong. Akan tetapi kebanyakan dari mereka umuk lebih memilih diam tak bersuara dan berusaha untuk tenang meskipun yang dirasakannya sangatlah luar biasa sampai ajal menjemputmya.

Dari yang sudah dijelaskan tadi tentang si kelinci sekalipun dalam keadaan keadaan sulit ia memilih untuk tegar dan bersabar menghadapi penderitaannya. Dan sebenarnya tak hanya kelinci, hewan-hewan lainnya juga begitu kalau kita mau memperhatikannya.
Benarlah dan tepatlah apa yang dikatakan Allah bahwa memang manusia itu terlalu mudah berkeluh kesah. Dan rendah tingkat kesabaran manusia itu sebenarnya dibandingkan sebagian makhluk Tuhan lainnya. Ada banyak makhluk-makhluk lain yang lebih kuat dan tabah menghadapi sulitnya hidup.
Artinya : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir…..(QS. Al Ma’arij : 19-21).

Semoga kita juga bisa belajar, mengambil hikmah, dan teladan dari bagaimana hewan-hewan tersebut menjalani kehidupannya tanpa mudah berkeluh kesah. Semoga kita bisa lebih tabah, kuat, dan sabar menghadapi kehidupan ini yang sifatnya fana dan hanya sementara saja. Dan sungguh sabar itu sangat tinggi nilainya disisi Allah karena orang yang sabar lah yang diberikan pahala yang tak ada batasnya, sementara pintu surga pun terbuka lebar bagi mereka.